Total Tayangan Halaman
Senin, 29 November 2010
Arti & Makna Kesetiakawanan Sosial
Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.
Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan kita.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa. Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia.
Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial tersebut dalam perjalanan kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi ancaman dari penjajah yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan berkat semangat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Oleh karena itu, semangat kesetiakawanan sosial harus senantiasa ditanamkan, ditingkatkan dan dikukuhkan melalui berbagai kegiatan termasuk peringatan HKSN setiap tahunnya.
HKSN yang kita peringati merupakan ungkapan rasa syukur dan hormat atas keberhasilan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa kita. Peringatan HKSN yang kita laksanakan setiap tanggal 20 Desember juga merupakan upaya untuk mengenang kembali, menghayati dan meneladani semangat nilai persatuan dan kesatuan, nilai kegotong-royongan, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan seluruh rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Saat ini kita tidak lagi melakukan perjuangan secara fisik untuk mengusir penjajah, namun yang kita hadapi sekarang adalah peperangan menghadapi berbagai permasalahan sosial yang menimpa bangsa Indonesia seperti kemiskinan, keterlantaran, kesenjangan sosial, konflik SARA di beberapa daerah, bencana alam (gempa bumi, gunung meletus, tsunami, kekeringan, dll), serta ketidakadilan dan masalah-masalah lainnya.
Sesuai tuntutan saat ini, dengan memperhatikan potensi dan kemampuan bangsa kita, maka peringatan HKSN ini yang merupakan pengejewantahan dari realisasi konkrit semangat kesetiakawanan sosial masyarakat. Dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai dukungan dan peran aktif dari seluruh komponen/elemen bangsa, bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja melainkan tanggung jawab bersama secara kolektif seluruh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, makna nilai kesetiakawanan sosial sebagai sikap dan perilaku masyarakat dikaitkan dengan peringatan HKSN ditujukan pada upaya membantu dan memecahkan berbagai permasalahan sosial bangsa dengan cara mendayagunakan peran aktif masyarakat secara luas, terorganisir dan berkelanjutan. Dengan demikian kesetiakawanan sosial masih akan tumbuh dan melekat dalam diri bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai kemerdekaan, nilai kepahlawanan dan nilai-nilai kesetiakawanan itu sendiri dalam wawasan kebangsaan mewujudkan kebersamaan : hidup sejahtera, mati masuk surga, bersama membangun bangsa.
KESETIAKAWANAN SOSIAL SEBAGAI GERAKAN NASIONAL
Peringatan HKSN menjadi momentum yang sangat strategis sebagai upaya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kesetiakawanan sosial sebagai suatu gerakan nasional sesuai dengan kondisi dan tantangan jaman, kesetiakawanan sosial yang menembus baik lintas golongan dan paradaban maupun lintas SARA harus terus menggelora terimplementasi sepanjang masa, dengan demikian akan berwujud ”There is No Day Whithout Solidarity” (tiada hari tanpa kesetiakawanan sosial), kesetiakawanan sosial tidak berhenti pada harinya HKSN yang diperingati setiap tanggal 20 Desember di Tingkat Pusat, Provinsi dan Kab/Kota serta oleh seluruh lapisan masyarakat berkelanjutan selamanya dan sepanjang masa.
Kesetiakawanan sosial sebagai pengejewantahan dari sikap, perilaku dan jati diri bangsa Indonesia akan dapat menjadi modal yang besar dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang dihadapi bangsa ini secara bertahap untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh tanah air, apabila nilai kemerdekaan, nilai kepahlawanan dan nilai kesetiakawanan itu melekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk menindaklanjuti Gerakan Nasional Kesetiakawanan Sosial, jejaring kerja, kolaborasi dengan seluruh komponen bangsa dalam hal ini masyarakat dan dunia usaha yang setara diartikannya.
KESETIAKAWANAN SOSIAL-ISLAM:
Persaudaraan Antarmanusia atau Antarmuslim?
Perbincangan di seputar kesetiakawanan atau yang juga dikenal dalam bahasa Inggris dengan sebutan solidarity, hingga kini menjadi sebuah diskusi yang masih menarik, dan ditengarai akan selalu menarik perhatian setiap anggota masyarakat, karena artipentingnya pranata sosial ini sebagai pilar penyangga bangunan harmoni sosial, di mana pun kapan pun dan bagi siapa pun
Memang tidak mudah untuk mendefinisikan makna kesetiakawanan sosial dalam konteks yang beragam. Tetapi, untuk sekadar memetakan pengertian esensialnya, kesetiakawanan adalah sebuah pranata sosial yang di dalamnya terkandung ciri-ciri penting, yaitu: kepedulian, rasa sepenanggungan, kasih sayang, kebersamaan dan ketulusan.
Sejumlah tantangan kompleks yang muncul, termasuk potensi konflik yang ditimbulkan oleh dorongan ego setiap manusia, yang pada saatnya bisa menjebak mereka menjadi manusia-manusia yang tidak peduli terhadap kepentingan orang lain, karena menganggap yang terpenting adalah dirinya. Sedang orang lain baru dianggap (menjadi) penting karena berpotensi “menguntungkan” bagi dirinya. Oleh karena itu, untuk membangun kesetiakawanan sosial, setiap orang, sebagai anggota mansyarakat, dituntut untuk memiliki kepedulian dan ketenggangrasaan terhadap orang lain, dan bahkan menganggap orang lain sebagai entitas yang penting, sepenting dirinya.
Dalam merespon wacana kesetiakawanan (sosial) tersebut, kita (umat Islam) bisa mengajak dialog dengan al-Quran, sebagaimana nasihat Ali bin Abi Thalib terhadap para sahabatnya: istanthiq al-Quran, yang ternyata menurut M. Quraish Shihab – dalam bukunya yang berjudul “Wawasan al-Quran”, tersirat dalam gagasan “ukhuwwah”.
Kajian mengenai ukhuwah (Ar.: Ukhuwwah), dalam pandangan M. Quraish Shihab, dewasa ini menjadi dianggap memiliki arti penting, karena adanya fenomena yang sangat meresahkan: sinyal-sinyal menuju “disintegrasi sosial”. Banyak orang mempertanyakan: “sejauhmana peran Islam di dalamnya?” Di sini, Islam menawarkan gagasan “ukhuwah Islamiyah”. Bukan sekadar penjelasan normatif, tetapi sampai pada solusi atas problem sosial yang sudah pernah, sedang dan akan dialami oleh umat manusia secara kongkret.
Kata Ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
Boleh jadi, perhatian itu pada mulanya lahir karena adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya ukhuwah diartikan sebagai “setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”. Secara majazi kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Dalam kamus-kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata akh yang membentuk kata ukhuwwah digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.
Ukhuwah Islamiyah, dalam pandangan M. Quraish Shihab, lebih tepat dimaknai sebagai ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Telah dikemukakan pula beberapa ayat yang mengisyaratkan bentuk atau jenis “persaudaraan” yang disinggung oleh al-Quran. Semuanya dapat disimpulkan bahwa kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan: (1) Ukhuwwah ‘ubûdiyyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. (2) Ukhuwwah insâniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. (3) Ukhuwwah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. (4) Ukhuwwah fi dîn al-Islâm, persaudaraan antarsesama Muslim.
M. Quraish Shihab – dalam rangkaian tulisannya – menyatakan bahwa keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan. Islam datang menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkan mencari titik-singgung dan titik-temu persaudaraan. Jangankan terhadap sesama Muslim, terhadap non-Muslim pun demikian.
Guna memantapkan ukhuwah tersebut, pertama kali al-Quran menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Ilahi, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi. Seandainya Tuhan menghendaki kesatuan pendapat, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi seperti binatang atau benda-benda tak bernyawa yang tidak memiliki kemampuan memilah dan memilih, karena hanya dengan demikian seluruhnya akan menjadi satu pendapat.
Dari sini, seorang Muslim dapat memahami adanya pandangan atau bahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya, karena semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Ilahi. Kalaupun nalarnya tidak dapat memahami kenapa Tuhan berbuat demikian, kenyataan yang diakui Tuhan itu tidak akan menggelisahkan atau mengantarkannya “mati”, atau memaksa orang lain secara halus maupun kasar agar menganut pandangan agamanya,
Untuk menjamin terciptanya persaudaraan dimaksud, Allah SWT. memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan. Pada kesempatan ini, akan dikemukakan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan persaudaraan secara umum dan persaudaraan seagama Islam.
Pertama, untuk memantapkan persaudaraan secara umum, Islam memperkenalkan konsep “khalîfah”. Manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut manusia untuk memelihara, membimbing, dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan penciptaannya. Karena itu, Nabi s.a.w.. melarang umatnya untuk memetik buah sebelum siap untuk dimanfaatkan, memetik bunga sebelum mekar, atau menyembelih binatang yang terlalu kecil. Beliau juga mengajarkan agar selalu bersikap bersahabat dengan smua makhluk Allah. Meminjam pernyataan M. Quraish Shihab, al-Quran tidak mengenalkan istilah “penaklukan alam”, karena secara tegas al-Quran menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusia adalah Allah. Secara tegas pula seorang Muslim diajar untuk mengakui bahwa ia tidak mempunyai kekuasaan untuk menundukkan sesuatu kecuali atas penundukan Ilahi.
Kedua, untuk mewujudkan persaudaraan antarpemeluk agama, Islam memperkenalkan ajaran toleransi antarumat beragama. Al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik-singgung dan titik-temu antarpemeluk agama. Al-Quran menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. Bahkan al-Quran mengajarkan kepada Nabi s.a.w. dan umatnya untuk bersikap toleran kepada penganut agama lain, setelah “kalimatun sawâ’ (titik-temu)” tidak dicapai. Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama pihak lain menghormati hak-hak umat Islam.
Ketiga, untuk memantapkan persaudaraan antarsesama Muslim, al-Quran pertama kali menggarisbawahi perlunya menghindari segala macam sikap yang dapat mengeruhkan hubungan di antara mereka. Setelah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlâh (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman di antara dua orang (kelompok) kaum Muslim, al-Quran memberikan contoh-contoh penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap Muslim melakukannya. Dalam hal ini Allah mengingatkan kepada setiap orang yang beriman untuk menghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan oleh al-Quran seperti memakan daging-saudara sendiri yang telah meninggal dunia.
Untuk memantapkan ukhuwah Islamiyah, yang dibutuhkan bukan sekadar penjelasan segi-segi persamaan pandangan agama, atau sekadar toleransi mengenai perbedaan pandangan, melainkan yang lebih penting lagi adalah langkah-langkah bersama yang dilaksanakan oleh umat, sehingga seluruh umat merasakan nikmatnya.
Implementasi konsep ukhuwah — dalam pandangan al-Quran — memerlukan kesadaran setiap orang untuk bersinergi, dan tidak mungkin akan terwujud di ketika setiap orang – dalam bangunan sosial – menerjemahkannya dalam bentuk sikap anergis.
Manifestasi solidaritas sosial Islam dalam bentuk “persaudaraan antarmanusia” ini telah dicontohkan dengan gemilang oleh Nabi s.a.w. dan para sahabatnya. Dalam bentuk saling menolong oleh siapa pun kepada siapa pun. Sebagai wujud kesadaran untuk mengamalkan pesan moral-universal al-Quran.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Evaluasi Sosial Dasar(Sosiologi)
1.Jelaskan pengertian sosiologi menurut pandangan saudara,berdasarkan pendapat-pendapat tentang sosiologi dari beberapa pendapat pakar sosiologi yang telah kalian pelajari?
Jawab : Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu social yang disebut juga sebagai ilmu kemasyarakatan dan termasuk ilmu yang masih muda usianya dan beberapa pakar memberikan definisi tentang sosiologi sebagai berikut :
a. Roucek dan Warren mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
b. William F. Ogburn dan Meyer F. nimkoff mengatakan bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social.
c. Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
- Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
-Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
dan nonsosial, misalnya gejala geografis,gejala biologis, dan sebagainya
- ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala social
2.Jelaskan mengapa sosiologi di kategorikan dalam kelompok ilmu sosial?
Jawab : karena sosiologi adalah ilmu social yang murni,abstrak,rasional,dan empiris,bersifat umum serta berusaha mencari pengertian umum.
3.Jelaskan perbedaan bahasan antara sosiologi dengan ekonomi,atau ilmu politik yang juga termasuk di dalam lingkup ilmu-ilmu sosial?
Jawab : perbedaan antara sosiologi dengan ekonomi karena pada hakikatnya ilmu ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan material dari bhn-bahan yang terbatas ketersediaannya.
Dan jika ilmu politik yaitu ilmu yang mempelajari satu sisi kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan,yakni upaya memperoleh kekuasaan,mempertahankan kekuasaan,penggunaan kekuasaan,bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan,dan sebagainya.
4.Sebut dan jelaskan empat sifat dari ilmu pengetahuan secara terperinci .
Jawab : Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif, probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.
Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak boleh menghasilkan kontradiksi
Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
5.Obyek dari sosiologi adalah masyarakat.Coba jelaskan masyarakat dari sudut pandang yang bagaimana yang menjadi obyek dari sosiologi?
Jawab : Salah satu contohnya yaitu masyarakat yang modern.
Tanda-tanda masyarakat modern ialah tumbuhnya ilmu pengetahuan baru dan adanya kemampuan manusia dalam memahami rahasia alam yang semakin meningkat dan dapat menerapkan pengetahuan dalam berbagai kegiatan.
6.Masyarakat sebagai suatu system yang terwujud dari kehidupan bersama manusia,tentunya memiliki ciri-ciri pokok agar dapat di sebut sebagai suatu masyarakat.sebutkan ciri-ciri pokok dari masyarakat tersebut?
Jawab : sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
7.Untuk mempelajari objeknya,sosiologi memiliki metode-metode atau cara kerja yang dapat di pakai,di antaranya adalah metode kualitatif dan kuantitatif.Jelaskan kedua metode tersebut,serta bagaimana penerapannya untuk mempelajari sosiologi?
Jawab : Metode kualitatif mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penilaian dan pemaknaan terhadap data yang diperoleh.
Metode kualitatif ada 2 macam yaitu metode historis dan metode komparatif.
a.metode historis merupakan penelitian yang analisis datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa masa lampau untuk mengetahui kejadian saat ini.
b.metode komparatif adalah penelitian dengan membandingkan antara kondisi masyarakat satu dengan yang lain,dengan maksud untuk mengethui perbedaan dan persamaan,disamping untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kondisi masyarakat yang demikian.
Metode kuantitatif adalah cara penelitian yang dalam analisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Gejala yang diteliti dan diukur dengan skala,indeks,table,atau formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik.
8.Metode fungsionalisme juga sering di gunakan oleh sosiologi,mengapa metode ini di gunakan oleh sosiologi?
Jawab: karena metode fungsional bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur social dalam masyarakat.
Selasa, 11 Mei 2010
Resensi novel sekigahara
S E K I G A H A R A
Perang Besar Penentu Pemimpin Jepang
Judul Buku : Sekigahara : Perang Besar Penentu Pemimpin Jepang
Kategori : Fiksi
ISBN : 978-979-1032-29-2
Ukuran : 13.5 X 20.5 Cm
Halaman : 224 halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : Penerbit BukuKatta
Terbit : 2010
Harga : Rp.33.300
Penulis buku ini, Dozi Swandana, sangat mengenal sekali tokoh-tokoh sejarah Jepang. Hal ini bisa dilihat dari caranya mengisahkan cerita fiksi dalam buku ini yang mengesankan seolah-olah kita sedang membaca cerita sejarah Jepang yang sesungguhnya. Pria kelahiran Surabaya yang lahir tepat di hari pahlawan tesebut memang sangat menyukai kultur Jepang. Ia begitu pandai mengolah latar belakang sejarah Jepang menjadi kisah fiksi heroik yang menarik. Tentu saja ia pantas melakukannya, mengingat latar belakang pendidikannya sebagai lulusan terbaik Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 dengan nilai IPK tertinggi.
Novel bersampul merah, bergambar seorang panglima perang, lengkap dengan baju kebesarannya yang sedang menghunus pedang, dengan latar belakang suasana pertempuran sudah menggoda kita untuk membacanya. Buku yang terdiri dari 9 bab tersebut banyak mengupas riwayat berdirinya dinasti Shogun Tokugawa sampai terjadinya pertempuran besar Sekigahara. Membaca buku ini serasa kita masuk ke abad 15 dengan latar budaya Jepang, lengkap dengan berbagai intrik politik, tipu daya dan kekuasaan para klan yang berkuasa.
Pada tiga bab awal, pembaca akan disuguhi latar belakang sejarah awal terjadinya pertempuran Sekigahara, jauh sebelum pertempuran itu terjadi. Hal ini dimulai dengan kehadiran Oda Nobunaga, seorang bushi dan daimyo yang begitu kuat dan haus kekuasaan. Bahkan ia harus tega menghabiskan siapa saja yang menjadi penghalangnya, termasuk memenggal kepala adiknya sendiri, Nobuyuki, yang ditunjuk almarhum ayahnya sebagai penerus klan Oda Nobuhide. Berkat keberanian dan kecerdikannya, Nobunaga dibantu tangan kanannya, Toyotomi Hideyoshi , berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jepang dengan kecerdikan dan kekuatan pedangnya.
Kekuasaan dan kejayaan tak ada yang abadi, begitu pula nasib yang menimpa Oda Nobunaga. Ia dikalahkan dalam sebuah pertempuran yang tidak seimbang, akibat jebakan maut yang sudah direncanakan anak buahnya sendiri, Akechi Mitsuhide, yang mengkhianatinya. Ia akhirnya menelan pil pahit dan terpaksa melakukan seppuku dihadapan Akechi Mitsuhide yang kerap kali dihinanya tersebut.
Sepeninggal Oda Nobunaga, kekuasaan berpindah ke tangan Toyotomi Hideyoshi. Tangan kanan Nobunaga ini berhasil menumpas pemberontakan Akechi Mitsuhide sekaligus membunuhnya melalui pedangnya sendiri. Banyak konflik yang harus diselesaikan Hideyoshi sejak kematianl tuannya tersebut, termasuk harus berperang dengan rekannya sendiri Shibata Katsuie yang tidak sependapat dengannya mengenai siapa yang pantas menggantikan Oda Nobunaga. Perseteruan yang berlangsung dengan peperangan tersebut dimenangkan oleh Hideyoshi, sedangkan Katsuie harus rela mengakhiri sendiri hidupnya dengan melakukan seppuku.
Kejayaan Toyotomi Hideyoshi juga tidak berlangsung lama. Sejak menyerang Jasoen pada tahun 1597, ia terserang penyakit yang berbahaya. Menyadari kalau hidupnya akan berakhir, ia menunjuk Tokugawa Ieyasu dan anaknya yang masih kecil, Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari. Pada tanggal 18 September 1598 Hideyoshi menghembuskan nafasnya yang terakhir di istana Fushimi.
Sejak kematian Hideyoshi, timbul perpecahan dikalangan anggota Go Tairo (Dewan Lima Menteri Senior). Mereka tidak sependapat mengenai siapa yang pantas berkuasa meneruskan pengganti Hideyoshi. Perseteruan keras terjadi antara Maeda Toshiie melawan Tokugawa Ieyasu yang menyebabkan salah seorang anggota Go Tairo tewas karena berusaha melerai pertikaian keduanya.
Secara diam-diam, Tokugawa Ieyasu berhasil menghasut Maeda Toshinaga yang tak lain adalah anak kandung Maeda Toshiie untuk membunuh ayahnya sendiri. Perbuatan ini bisa berhasil lantaran iming-iming hadiah yang dijanjikan Tokugawa terhadapnya. Kematian Maeda Toshiie yang misterius ternyata tidak membuat pertikaian tersebut berakhir, bahkan semakin menjadi bertambah runcing. Hal ini disebabkan adanya pengikut Hideyoshi lainnya yaitu Ishida Mitsunari yang juga sama-sama sebagai anggota Go Tairo. Mitsunari tidak sepaham dengan sepak terjang Tokugawa Ieyasu selama ini yang cenderung arogan dan otoriter. Perseteruan inilah yang kelak melahirkan pertempuran besar Sekigahara.
Pada tanggal 15 September 1600 Ishida Mitsunari secara resmi menantang Tokugawa Ieyasu yang dianggapnya diktator dan memerintah dengan tangan besi untuk bertempur dengannya di lembah Sekigahara, distrik Fuwa, Provinsi Mino, Jepang. Itulah sebabnya pertempuran yang sangat menentukan siapa penguasa yang paling berjaya dan pantas berkuasa selanjutnya disebut sebagai pertempuran Sekigahara atau dikenal juga dengan istilah Tenka Wakeme no Tatakai.
Siapa sajakah orang-orang yang berpihak ke masing-masing kubu dalam pertempuran sekigahara ? Siapa sesungguhnya Ishida Mitsunari yang begitu berani melawan Tokugawa Ieyasu yang terkenal kejam dan haus kekuasaan ? Siapa sajakah pihak-pihak yang ketika terjadi pertempuran justru berkhianat dan membelot ke kubu lawannya ? Bagaimana pula akhir dari pertempuran sekigahara yang dahsyat tersebut ? Siapakah yang keluar sebagai pemenangnya ? Bagaima pula nasib pihak-pihak yang kalah dalam pertempuran tersebut, apakah mereka diampuni atau justru dihukum mati ?
Anda mau tahu jawabannya ? Silahkan cari dan dapatkan buku terbitan penerbit bukukatta yang dahsyat tersebut di seluruh jaringan toko buku Gramedia, Gunung Agung dan toko buku klainnya di kota Anda.
Selamat membaca dan semoga terhibur !
Review Buku Four-Strokes performance tuning karya A.Graham Bell
Judul
Four-Stroke performance tuning
Judul tambahan
Sebuah Panduan Praktis
Penulis dan kontributor
Dengan (penulis) A. Graham Bell
Sifat fisik
Format: hardback
Jumlah halaman: 480
Lebar: 169,00 mm
Tinggi: 233,00 mm
Ketebalan: 33,00 mm
Berat: 1266,00 g
ISBN
ISBN 13: 9781844253142
ISBN 10: 1844253147
Klasifikasi
Dewey: 629.2504
Nielsen BookScan Produk Kelas: T12.3
BIC kategori subjek: WGCV
Edisi
3
Edisi pernyataan
3 Edisi Revisi
Ilustrasi catatan
Ilustrasi
Penerbit
Haynes Publishing Group
Nama tercetak
Haynes H J & Co Ltd
Tanggal Publikasi
24 Juli 2006
Publikasi Kota / Negara
Somerset / GB
Catatan biografis
A. Graham Bell adalah seorang ahli yang diakui pada tuning mesin, dengan pengalaman bertahun-tahun dalam bidang ini. Buku-buku lain untuk kredit yang modern Engine Tuning, Two-Stroke Performance Tuning dan Kinerja Turbo Induction Tuning. Dia tinggal di New South Wales, Australia.
Daftar isi
Sepenuhnya direvisi dan diperbarui dengan informasi baru yang lebih ditambahkan. Baru bab-bab di Air Inlet, Bahan Bakar dan Booster Bahan Bakar, dan Manajemen Engine. bab lainnya secara signifikan diperluas dengan materi baru. Menjelaskan dan menganalisis semua wilayah operasi mesin, dari udara dan bahan bakar, melalui karburasi, bahan bakar injeksi, pengapian, pengelolaan mesin, silinder, camshaft dan katup, bagian bawah, sistem pembuangan, untuk pendinginan dan pelumasan. Sepenuhnya menggambarkan seluruh dengan foto-foto baru dan diagram garis.